Thursday, March 3, 2011

Mencicipi Hutan Kalimantan

Get the flash player here: http://www.adobe.com/flashplayer

Memandang Kalimantan adalah memandang hutan. Begitulah yang ada dalam benak saya ketika akan melakukan perjalanan ke Kalimantan, Palangkaraya tepatnya (Feb, 2011). Namun, mengingat banyaknya illegal logging ditambah kebakaran hutan membuat saya sempat pesimis. Apakah saya masih bisa menemukan hutan di Kalimantan?

Maklum, ini adalah pertama kalinya saya ke Kalimantan, dan sudah lama tidak masuk hutan. Maka ketika di Palangkaraya yang saya cari adalah hutan, dan tentu saja penghuninya yang paling terkenal, yaitu orangutan Borneo.

Sampai di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, saya menemukan iklan hutan di Palangkaraya: Taman Nasional Sebangau. Saya sedikit asing dengan taman nasional satu ini, dan merasa penasaran ketika melihat outreach TN Sebangau yang menggambarkan hutan, juga flora dan fauna yang ada di dalamnya. Saya membatin: ini akan menjadi tujuan utama saya di Palangkaraya.

Setelah menemukan beberapa informasi soal Sebangau di Resort Sebangau Hulu, Desa Kereng Bangkirai, saya pun dengan mantap dan mewajibkan diri untuk segera masuk ke dalamnya meskipun kocek yang harus dikeluarkan tidak sedikit. Setelah itu ditentukan hari 'H' untuk menjelajahi secuil TN Sebangau.

Beruntung rombongan saya pada waktu itu dipandu langsung oleh Kepala Resort Sebangau Hulu, Mbak Suli. Sehingga anggaran biaya kami tidak dibebankan untuk pemandu. Juga tentu saja informasi yang didapat lebih akurat dan mantap.

Di hari Senin yang menawan bersama hujan, speedboat yang akan membawa kami menjelajah TN Sebangau sudah siap di dermaga. Langit masih berwarna gelap, menambah nuansa mistis yang memantul di air 'coca-cola', sebutan air rawa gambut di Kalimnatan Tengah. Warna ini muncul akibat dari proses pelapukan bahan organik di lahan gambut; seperti akar, batang pohon dan lain sebagainya.

Hutan rasau (sejenis pandan) yang hanya tampak dari dermaga, kini tampak wujud aslinya, bergerigi pada pinggirnya. Mata saya tak lepas memandangi kiri kanan sambil mendengarkan penjelasan Mbak Suli soal kebakaran hutan dan illegal logging yang terjadi beberapa tahun silam. Ngeri.

Tiga puluh menit kemudian, kami pun sampai di lokasi menjelajah hutan, yaitu Blok Kerja Sungai Koran, Resort Sebangau Hulu (salah satu dari 8 Resort TN Sebangau), SPTN (Seksi Pengelolaan Taman Nasional) wilayah 1 Palangkaraya, TN Sebangau. Well, hutannya memang asli, bekas illegal logging, dan yang paling mengesankan adalah tanah gambutnya yang membuat kaki saya berkali-kali terbenam di dalamnya. Dan yang paling mengasyikkan, di hutan di TN Sebangau ini bebas dari yang namanya lintah. Hore! Maklum, saya phobia dengan hewan berlendir satu itu.

Di dalam hutan kita bisa belajar macam-macam flora, seperti pohon-pohon, termasuk jenis pohon yang sering ditebang, misal belangeran dan ramin. Juga fauna, yaitu burung rangkong dan juga yang paling terkenal adalah orangutan. Sayang kedatangan saya tidak seberuntung itu, di perjalanan ini, saya tidak bisa melihat orangutan liar dari dekat. Entah karena memang musim penghujan, entah memang karena mereka sedikit takut dengan suara speedboat.

Sebenarnya, orangutan sangat mudah dilihat di Pulau Palas di Nyaru Menteng, sehingga saya tidak menyesal tidak bisa melihat orangutan di habitat aslinya. Sebaliknya, banyak hal yang bisa saya nikmati dan kagumi dari perjalanan ini. Saya sadar bahwa Indonesia sangat luas dan indah. Betapa menjelajahi hutan sepanjang 1,5 kilometer butuh waktu 3,5 jam karena saking luas dan indahnya pemandangan di kanan kiri. Dan waktu 12 jam itu, saya hanya menempuh 1,5 km hutan, 45 menit susur Sungai Koran, sisanya menikmati hutan dan penghuninya!

Dan betapa tidak cukup hanya 12 jam, bahkan butuh waktu berbulan-bulan untuk menjelajahi hutan di Kalimantan. Apalagi hingga bertemu dengan penghuninya. Dan perjalanan ini hanya secuil saja. Entah kapan saya bisa menjelajah seluruh Kalimantan dan menemui penghuni lainnya.

Betapa, jika alam itu terjaga, maka saya tidak akan takut tidak bisa melihat hutan beserta penghuninya. Saya salut dengan usaha TN Sebangau yang telah melestarikan hutan rawa gambut, juga melakukan reboisasi di daerah bekas terbakar dan tebangan.

Betapa, saya semakin cinta Indonesia!

*Sebenarnya ada banyak pintu gerbang menuju TN Sebangau, salah satunya adalah Desa Kereng Bangkirai. Untuk ke Desa Kereng Bangkirai dari Palangkaraya, bisa menyewa kendaraan bermotor, seperti sepeda motor atau mobil. Jika ingin murah naik angkot atau ojek sepeda motor. Untuk berkeliling TN Sebangau, bisa menyewa speedboat atau kelotok dari warga setempat, berkisar 150 ribu (belum termasuk BBM, driver dan pemandu). Biasanya dipatok harga untuk driver 75ribu, pemandu lokal 75ribu, pemandu balai 185ribu, dan BBM 50ribu. Untuk informasi bisa langsung menghubungi Balai TN Sebangau, Jl. Mahir Mahar km 1,2, telepon: (0536) 3327093.

2 comments: