Wednesday, December 29, 2010

I do love walking!

Nun jauh di sana ada masjid

Mungkin memang sudah bawaan dari orok, saya lebih suka yang namanya jalan daripada berlari, bahkan berdiri. Kalau saya disuruh upacara, saya memohon-mohon untuk bisa pingsan, tapi tetap tidak bisa pingsan juga. Dari pada disuruh berdiri, saya lebih suka di suruh jalan keliling alun-alun atau Malioboro. Tapi, asalkan tidak lari, ngos-ngosan je!

Saya bukan orang anti naik kendaraan cepat. Tentu saja di saat tertentu, naik kendaraan lebih saya prioritaskan ketimbang jalan kaki. Tetapi di saat tertentu pula saya butuh jalan kaki saat jalan-jalan. Sebab selain bisa ngirit ongkos kendaraan, saya juga jadi lebih melihat banyak hal yang menarik menurut saya.

Misalnya ketika di Bangkok, saya bela-belain jalan kaki dari Kao San Road ke Wat Arun. Saya pikir tidak terlalu jauh mengingat dengan jalan kaki pula saya ke Wat Pho dan Wat Phra Kaeo. Lagi pula banyak yang bilang Wat Arun sudah nampak dari Sungai Chao Praya. Iya sih, kalau naik boat lebih dekat tinggal menyeberang saja. Tapi kalau jalan kaki? Dari Kao San Road masih melewati pasar, menyeberang jembatan, berputar menyusuri jembatan, setelah itu berbalik arah, maka baru sampai di Wat Arun. Nah! Sekitar 1,5 jam kemudian saya baru sampai di Wat Arun.

Tapi saya menemukan banyak hal yang menarik di jalan-jalan ini, salah satunya adalah restaurant seafood muslim yang dengan menunya yang bikin lidah minta lagi. Harganya? Soooo murah. Saya juga menemukan sebuah masjid, dan langsung bertaubat di sana, he he he… Dan memang lebih asoy ketika bisa menemukan Tuhan di mana pun saya berada.

Salah satu sudut Bangkok, great!

Di Wat Arun, saya menemukan kejutan lagi. Selama saya di Bangkok beberapa hari, saya tidak bertemu dengan orang sebangsa. Herannya saya malah bertemu di sini. Wah senangnya, ketemu Mbak Ari, Mas Yudi, dan Mbak Yulia! Entah mengapa, baru bertemu dengan mereka, rasanya sudah seperti kawan lama saja. Sampai sekarang kami masih keep in contact dan menantikan petualangan selanjutnya.

Di Singapura, ketika saya tersesat di entah jalan apa, saya bertemu dengan cewek Thailand. Kalau yang ini ampun deh, bukan apa-apa, saya memang gemar jalan kaki dan get lost in somewhere, tapi kalau jalan cepat. I will say no! Kapok saya jalan kaki sama dia. Saya harus mengimbangi jalannya yang super cepat itu dan esok harinya, kaki saya sama sekali tidak bisa digerakkan. Rugi sehari deh di Singapura…

Baru-baru ini, saya jalan kaki di kota saya sendiri bersama seorang kawan, Eka. Tidak jauh sih, dari Tugu sampai kantor saya di daerah Kuncen. Sebenarnya ini adalah kebodohan saya mengapa saya harus jalan kaki, tapi karena saya lama tidak jalan-jalan, saya pun memutuskan untuk jalan.

Dan, saya menemukan kegembiraan. Rupanya saya rindu jalan kaki. Saya rindu berhenti menikmati kalimat yang lucu di sebuah spanduk, saya rindu bertemu dengan mbok-mbok jamu dan minum jamu, saya rindu jalan kaki. Namun sayang, di Jogja tidak banyak disediakan tempat untuk pejalan kaki, karena sudah direbut para pedagang juga untuk parkir kendaraan. Kalau pun tampak bersih, pasti ada bau-bau pesing yang mengganggu penciuman.

Untuk tempat jalan kaki paling bersahabat, saya masih memilih Singapura; nyaman, bersih, dan kotanya yang kecil sehingga tempat tujuan terasa lebih dekat (selain itu didukung oleh transportasi yang baik), jadi sangat nikmat untuk jalan kaki. Kalau kamu?

Tulisan yang membuat saya dan Eka terkagum-kagum

No comments:

Post a Comment