Thursday, October 7, 2010

Mural Sudjojono di Tembok Gedung Agung



Istana Presiden RI Jogjakarta atau Gedung Agung adalah salah satu favorit saya, meskipun saya sendiri belum pernah berkunjung ke Istana Presiden RI lain. Tetapi dibandingkan dengan beberapa istana presiden negara lain yang pernah saya kunjungi, istana ini yang menurut saya, bisa berakulturasi dengan budaya urban.

Well, ketika tulisan ini dibuat, saya baru dua kali menginjakkan kaki di Gedung Agung, ngobok-ngobok dalam istananya. Yang pertama tahun 2009, kemudian yang kedua tahun 2010.

Tahun 2009, Gedung Agung mungkin hampir sama dengan istana presiden lain, sebagai tempat presiden dengan beragam ubo rampe yang tentu saja hanya bisa dinikmati oleh presiden dan kolega-koleganya.

Namun saya mendengar kabar baik dari teman sekaligus narasumber saya, mas Mikke Susanto, bahwa Gedung Agung akan dibuat museum yang di dalamnya memamerkan benda-benda koleksi istana dari enam istana kepresidenan yang tercatat, Istana Negara, Istana Merdeka di Jakarta, Istana Bogor di Bogor, Istana Cipanas di Cipanas, Istana Tampaksiring di Bali dan Istana Gedung Agung di Jogja sendiri.

Maka saya pun tak sabar untuk segera masuk ke dalam Museum Istana Jogja (nama museum di dalam Gedung Agung). Barulah satu tahun kemudian, saya berkesempatan untuk berkunjung ke Gedung Agung lagi. Maklum, saya orang biasa dan tidak bisa sembarangan keluar masuk Istana Negara.

Saya memang belum pernah mengunjungi Istana Presiden RI lain, tapi saya yakin, hanya Istana Presiden di Jogja saja yang ada muralnya! Jogja memang dikenal sebagai kota seni, tak heran jika mural ada di tembok-tembok bangunan di Jogja. Namun, siapa sangka kalau mural itu bisa tervisualisasikan di tembok istana? Ya hanya di Jogja! Jogja memang istimewa!

Mural ini terletak di Museum Istana Jogjakarta Ruang Pamer I. Tepatnya di tembok tangga naik menuju lantai atas Ruang Pamer I. Ruang pamer di Museum Istana Jogjakarta sendiri ada dua tempat, yaitu Ruang Pamer I dan Ruang Pamer Utama. Selain mural, di Ruang Pamer I ini, terdapat lukisan-lukisan lama dari maestro lukis Indonesia, seperti Affandi dengan Adu Ayam, Soerono dengan Dr. Cipto Mangun Kusumo, juga ada lukisan Raden Saleh berjudul Berburu Banteng.

Mas Mikke dan M Yusuf merupakan konseptor mural ini, dipoles melalui tangan-tangan seniman Jogja seperti M Yusuf, Dodi Irwandi, Kadar dan Sabar Parjio. Mural ini hadir dengan gambar yang diadaptasi dari karya pelukis S. Sudjojono berjudul Maka Lahirlah Angkatan ’66 dan potongan lukisan yang ada di Istana Presiden, misalnya lukisan karya Itji Tarmidji.

Maka Lahirlah Angkatan ’66 merupakan karya Sudjojono yang bergambar laki-laki berbaju merah putih dengan lengan disingsingkan sambil memegang kuas. Laki-laki tersebut menyiratkan semangat pemuda era 60-an, yang bersahaja, dewasa dan progresif dalam bersikap. Mural di antara dua lantai ini juga menandakan untuk menyambung sekaligus memisahkan ide irisan sejarah, nasionalisme masa revolusi di lantai bawah dan nasionalisme masa pembangunan di lantai atas.

Yang pasti, mural ini paling mencolok di antara benda-benda yang lain. Apalagi pakaian yang dipakai berwarna merah. Wah! Tembok pun jadi cerah dan membuat siapapun bersemangat pantang menyerah usai melihatnya.

Sedang di Ruang Pamer Utama, para pengunjung bisa melihat-lihat lukisan karya Abay B Subarna Bapak Ir Soekarno, lukisan Presiden Soeharto dan Ibu Tien dalam karya Basoeki Abdullah, Rudolf Bonnet Penggembala Kambing di Italia, Willem Andrian Naik Kuda, dan masih banyak benda lain yang bisa dinikmati.

Saya mengharapkan bisa berlama-lama berada di museum, namun sayang jam berkunjung masih terbatas sehingga tidak bisa leluasa mengamati benda-benda di dalamnya. Masalahnya, di larang memotret di dalam sini. Jadi harus disimpan di dalam ingatan benda-benda di sini, apalagi muralnya!

Museum ini juga belum secara resmi diresmikan oleh Presiden, dan belum pasti juga apakah nantinya museum ini akan terbuka untuk umum, atau hanya pada saat-saat tertentu saja. Ah, ya, yang penting rasa penasaran saya sudah terpenuhi. By the way, saya jadi penasaran, Pak SBY sudah lihat belum ya mural lukisan Sudjojono itu?

Ps. Karena dilarang memotret (kalaupun memotret tidak boleh diterbitkan untuk umum), jadi maaf kalau hanya foto saya yang narsis di depan Gedung Agung.

6 comments:

  1. Kalau begini, jadi semakin bangga menjadi warga Jogja.

    BTW dulu waktu aku kecil juga pernah masuk ke istana itu, tapi sudah lupa apa saja yang kulihat. Seng kuingat hanyalah si burung Beo dengan sangkarnya yang indah dan sebuah kaca yang besar di dalam ruangan.

    Kita tunggu saja perkembangane. Sebuah gagasan yang bagus untuk menambah pengetahuan masyarakat luas.

    ReplyDelete
  2. Kerjaannya seniman Jogja,, memang asik! Mudah-mudahan bisa dibuka untuk masyarakat umum...

    *soal burung beo, kayaknya udah ndak ada deh,, apa aku yang gak ngeh ya?

    ReplyDelete
  3. beruang yang dibelakang istana masih ada gak??

    ReplyDelete
  4. mba fian perkenalkan saya cuman lewat liat blog mbae ko seneng ya..jalan-jalan terus emang mbaknya kerja apa?trus kalo saya pengen kaya mbak fian gimana carannya..nuwun..mohon p[enjelasan!!:D

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. @nananx: wah, kebetulan sama penjaganya nggak digiring sampai ke belakang istana, jadi nggak tahu ada beruang atau nggak, hiks,, tau gitu aku diam2 mengunjunginya...

    @anonymous: yang penting suka jalan-jalan dulu, diniatkan jalan-jalan, kemudian jalan-jalan deh :) Happy traveling :)

    ReplyDelete