Tuesday, September 21, 2010

Surga Pantai di Pulau Belitung

Get the flash player here: http://www.adobe.com/flashplayer




Pulau Belitung (Feb 2010) dari atas pesawat, tampak banyak danau kecil yang tanpa sengaja terbentuk dari bekas tambang timah, perkebunan kelapa sawit yang rapi, dan juga semenanjung pantai yang indah. Di bandara H. AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, saya telah disambut dengan papan neon bertuliskan ‘Selamat Datang di Pulau Belitung: Negeri Laskar Pelangi’. Saya tersenyum saja melihat tulisan itu.

Demi mendatangkan wisatawan, pemerintah Belitung pun mengambil judul film garapan Mira Lesmana dan Riri Riza itu untuk taglinenya. Jangan skeptis dulu, pulau Belitung memang indah, sebetulnya tidak begitu perlu menggambarkannya sebagai 'negeri laskar pelangi'. Sebab keindahannya sudah terbentuk sebelum 'negeri laskar pelangi' sendiri itu lahir!

Tanjung Pandan, ibukota Kabupaten Belitung, tak lagi sesepi lima belas tahun yang lalu, ketika saya tinggal di kota ini. Tak bisa dielakkan, Miles Production secara tidak langsung telah mempopulerkan pulau Belitung karena syuting dilakukan di beberapa tempat di pulau ini. Wisatawan domestik maupun internasional berbondong-bondong datang ke pulau ini. Dan itu menjadikan kota ini sibuk.

Bandaranya pun sekarang sudah diperluas, tidak seperti ketika bandara ini bernama Bulu Tumbang. Pesawat dari Jakarta juga sudah tiga kali sehari. Tidak perlu repot menunggu penerbangan yang dulu hanya dua hari sekali.

Tak sampai lima belas menit dari bandara, saya pun telah sampai di Hotel Mendanau, sebuah penginapan yang letaknya di pusat kota Tanjung Pandan. Saat itu jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, seharusnya bisa kurang karena pesawat yang membawa saya ke sini tertunda keberangkatannya.

Kak Monis, sapaan saya untuk pemilik hotel ini, dengan ramah mempersilakan saya masuk ke kamar yang telah saya pesan. Kebetulan dia kawan kecil saya yang sekarang sudah jadi bos di hotel ini. Saya pun langsung diajaknya berkeliling kota dengan sepeda motor. Melihat-lihat kota yang sudah lima belas tahun saya tinggalkan.

Tak banyak berubah, pasar yang masih sama, pelabuhan yang masih sama, hanya saja ada beberapa bangunan baru dan juga bangunan yang hilang. Dan Pantai Tanjung Pendam, pantai terdekat dari pusat kota, sudah menunggu saya untuk bisa dinikmati warna langit kemerahan di senja hari.

Pulau Bermahkota Mercusuar

Tak lengkap rasanya kalau sudah di Belitung tetapi tidak menjelajahi pantai-pantainya. Ada puluhan pantai di Pulau Belitung, semuanya berpasir putih dengan air laut yang jernih. Bahkan banyak pulau-pulau kecil di sekitar pantai yang sayang untuk dilewatkan.

Esok harinya, saya pun langsung berangkat ke desa Tanjung Binga, salah satu perkampungan nelayan. Tujuan saya adalah Pulau Lengkuas, pulau yang memiliki mahkota sebuah mercusuar yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1882. Pulau ini terletak di utara Tanjung Binga, butuh waktu sekitar 45 menit untuk ke pulau ini menggunakan boat.

Jangan lewatkan gugusan pulau-pulau lain dengan batu granitnya ketika berada di boat menuju Pulau Lengkuas. Pulau Burung misalnya, di sana adalah tempat snorkeling yang bagus di sini. Atau Pulau Babi yang masih terjaga.

Pulau Lengkuas sangat berbeda ketika saya datang ke sini 15 tahun yang lalu. Tak ada lagi kesan seram, sebab sudah banyak wisatawan yang datang ke pulau ini. Dulu, hanya beberapa orang saja yang datang, plus tiga orang yang menetap di pulau ini, yaitu operator mercusuar. Sehingga ketika saya memasuki mercusuar, maka bulu roma pasti berdiri karena gema suara langkah kaki sendiri.

Sekarang perasaan takut itu sudah tidak ada lagi. Tampak coretan di dinding mercusuar yang menandakan banyak orang berdatangan. Delapan belas lantai pada mercusuar tak terasa sudah sampai ke puncak. Bahkan untuk dapat menikmati pemandangan dari mercusuar haruslah bergantian karena area puncak yang kecil. Ah, tapi tidak mengurangi keindahannya. Saya pun berpikir asal para wisatawan bisa menjaga pulau ini, maka tempat ini akan tetap indah.

Ketika berada di puncak mercusuar, yang terlihat hanyalah birunya air laut sehingga menyatu dengan langit. Laut dan langit tanpa batas, dan itu adalah keindahan yang ingin disaksikan oleh orang yang bertandang ke Pulau Lengkuas.

Selain melihat-lihat pemandangan dari atas mercusuar, para wisatawan juga bisa berkeliling pulau yang luasnya kurang dari satu hektar ini. Bisa juga menikmati minum air kelapa muda di pinggir pantai atau snorkeling melihat pemandangan bawah lautnya. Kemudian pulang membawa gambar yang indah.

Lorong Granit Raksasa di Tanjung Tinggi

Tak jauh dari Tanjung Binga, sekitar 45 menit sampailah di Tanjung Tinggi, pantai yang digunakan untuk tempat syuting film Laskar Pelangi. Entah siapa yang memasang, namun plang yang bertuliskan ‘Lokasi Syuting Film Laskar Pelangi’ terpasang di antara bebatuan granit yang memang khasnya pantai ini.

Jika telah menonton film Laskar Pelangi, pasti ingat dengan bebatuan granit tempat Ikal dan teman-temannya duduk-duduk di sore hari, terjun ke laut dari atas batu, atau berlari-lari di pasirnya yang putih.

Pantai ini diapit oleh dua semenanjung dengan teluk kecil yang di kanan kirinya adalah bebatuan granit raksasa. Batu-batu granit tersebut membentuk lorong-lorong yang cukup untuk dilalui. Buat para petualangan, menyusuri lorong di batu granit akan mengasikkan. Lorong ini menghubungkan teluk di sebelah pantai Tanjung Tinggi. Teluk yang berdampingan ini bisa menjadi alternatif lain ketika Tanjung Tinggi sedang dipadati wisatawan.

Pantai yang juga dikenal dengan sebutan Pantai Bilik ini memang merupakan salah satu pantai kebanggaan Pulau Belitung. Selain panorama batu granitnya yang mempesona, di kawasan ini para wisatawan juga melakukan diving, jetski, atau memancing.

Sedikit sangat disayangkan, pantainya yang putih bersih, terdapat ceceran sampah. Mungkin karena ketenarannya saat ini sehingga banyak orang berkunjung. Namun tentu saja itu tak menghilangkan panorama indah yang telah disediakan untuk memanjakan mata.

Masih banyak tempat lain yang menarik untuk dikunjungi di Pulau Belitung ini. Tanjung Kelayang misalnya, hanya 2 kilometer saja dari Tanjung Tinggi. Tempatnya tak kalah indah dari pantai ini. Niscaya keindahannya tidak akan habis sejauh mata memandang.

How to get there: Cara terbaik ke Belitung dari Jogjakarta adalah dengan pesawat terbang. Ada dua maskapai penerbangan yang setiap hari melayani penerbangan Jogja-Tanjung Pandan (transit di Jakarta), yaitu Sriwijaya Air dan Batavia Air.

Around Belitung: Kendaraan umum terbaik adalah menyewa mobil atau sepeda motor. Dari bandara di Tanjungpandan, anda harus memesan sewa mobil biasanya Toyota Kijang van/minibus disewakan seharga Rp 450.000/hari termasuk supir, diluar bensin. Anda kira-kira memerlukan Rp 200.000 lagi untuk membeli bensin jika melakukan perjalanan selama 2 hari di daerah pantai.

Daerah lain yang menarik: Manggar, Gantung, Kelapa Kampit atau Membalong.

2 comments: