Sunday, September 12, 2010

Saigon #5-END: Saigon in a Day!

Get the flash player here: http://www.adobe.com/flashplayer



Kota Saigon (atau sekarang Ho Chi Minh City-HCMC) adalah tempat terakhir yang saya eksplorasi. Saya hanya punya waktu tidak lebih dari lima hari sehingga saya harus menggunakannya seefisien mungkin. Tempat yang jauh dari HCMC saya kunjungi terlebih dahulu, dan keliling kota ada di jadwal terakhir saya. Toh juga kotanya tidak terlalu besar, dengan dua orang teman Vietnam saya, Titien dan Le, saya pun keliling kota naik sepeda motor

Saya pun membonceng Titien. Wah! Kalau berkendaraan di HCMC sangat berbeda dengan di Mui Ne. Kalau di Mui Ne hanya ada satu atau dua motor yang berpapasan, maka di HCMC akan ada puluhan motor plus mobil. Saya yang berada di belakang saja takut, karena pengendara di HCMC itu nekat. Salah-salah bisa tertabrak, entah itu motor, mobil, maupun becak.

War Remnants Museum (Vietnam: Bao Tang Chung Tich Chien Tranh) adalah tempat yang pertama kali saya kunjungi ketika berkeliling kota HCMC. Museum itu adalah tempat wajib bagi saya, karena menurut saya di sanalah tersimpan pondasi sebuah bangsa. Dengan hanya 15.000 VND (Rp. 7500), para turis bisa melihat peninggalan perang Vietnam.

Puas di War Remnants Museum yang memilukan karena banyak sekali gambar-gambar korban perang, kami pun pindah ke Independence Palace atau Reunification Palace, kantor kepresidenan yang dijadikan museum. Tiket masuk ke sini sama dengan di War Remnants Museum, 15.000 VND untuk turis, dan untuk orang lokal hanya setengahnya.

Wah! Saya senang sekali harga tiket di sini murah, seperti di Indonesia (bahkan banyak yang gratis). Ketika di Singapura atau Thailand, saya urung masuk beberapa museum karena tiket masuk untuk turis yang mahal. Bagi pecinta museum, Indonesia dan Vietnam adalah surganya. Entah negara lain, teman-teman mungkin lebih berpengalaman?

Independence Palace saya tak begitu terpukau. Saya masih suka melihat Vimanmek Mansion dan kompleksnya di Bangkok dengan rumah jatinya dan perabotan rajanya yang antik-antik. Atau Gedung Agung Jogjakarta yang memiliki cerita sendiri, sehingga saya pun merasa lebih kenal dengan presiden kita sendiri. Tapi saya tidak bilang tidak bagus loh ya, selera orang kan berbeda. But this place is recommended if you want to know more about Uncle Ho's government.

Tengah hari kami pun mampir untuk makan siang di belakang masjid Musulman di Jl. Dong Du 66, District 1, yang dibangun tahun 1935 oleh Muslim India. Makanan di sini jelas halal, dan sedap! Ada sup daging kambing, gulai ikan, dan masakan di sini lebih Indonesia.

Kenyang, dan tak jauh dari masjid, kami pun melanjutkan ke Katedral Notre Dame yang berseberangan dengan Kantor Pos. Bangunan peninggalan Perancis itu masih terawatt hingga kini dan banyak yang menggunakannya sebagai latar untuk berfoto. Di Notre Dame, saya juga sempat bertemu dengan kelompok bapak-bapak asal Indonesia yang asik berfoto. Tetap menyenangkan!

Puas berfoto di dua tempat ini, saatnya untuk belanja oleh-oleh di Pasar Ben Thanh. Maaf, saya tidak hobi belanja. Saya beli oleh-oleh karena mendapat titipan teman kopi Vietnam yang terkenal enak. Dan saya membeli beberapa benda yang menurut saya murah, ringan dibawa, dan bisa dibagi-bagi. Sama seperti pasar di Indonesia, harus pintar-pintar menawar, kalau tidak akan dapat harga yang mahal. Yang paling sulit, kadang mereka tidak mengerti bahasa Inggris, jadi siap-siap kalkulator.

Sehari yang cukup memuaskan di HCMC. Malam harinya, pesawat saya meninggalkan HCMC menuju Jakarta. Ah, kapan-kapan ingin ke sini lagi…

Catatan:

-Total ongkos pesawat dari/ke Jogja-Jakarta-Ho Chi Minh City Rp. 1.200.000
-Rata-rata penginapan di HCMC perhari perorang: 5 USD (kalau bisa nawar bisa dapat 4 USD)
-Biaya lain-lain tergantung kebutuhan, semakin besar kebutuhan tentu semakin banyak pengeluaran.
-Biaya total saya mulai dari ongkos pesawat, akomodasi, makan, jasa tur adalah 270 USD


8 comments:

  1. joss... nek mrono maneh ojo lali oleh2 e hahaha

    ReplyDelete
  2. eh? kamu nggak kebagian yak? ah! lupa,,, :p Amin ke sana lagi!

    ReplyDelete
  3. yooo!! ayo meneh!!!
    aku masih punya uang DONG yang harus dipake mengkonsumsi hari hari di vietnam ini!!! yukyakyuuk!!

    ReplyDelete
  4. @ria: ayoooohhh,, kapan? aku pingin ke hanoi,, tapi tidak tahun ini deh. masih mengejar yang lain, doakan saya ya! :)

    ReplyDelete
  5. nek rono neh ak melu yo mbak...???hi...:)

    ReplyDelete
  6. Jeng, kayaknya kita-kita butuh forum traveller, yang menerima exchange recehan uang dari mana aja, hehe, soalnya aku punya segepok receh SGD, DONG, yang notabene tak bisa ditukar di money changer... haha, sekedar saran aja sih.. lumayan bisa buat tambahan parkir, hehe

    ReplyDelete
  7. kamu punya receh Dong? mau dong! kalau aku malah ngumpulin receh-receh dan uang di negara yang aku kunjungi, sita,, ehehe... sini-sini buat aku aja yang Dong-nya :p

    ReplyDelete