Tuesday, August 3, 2010

Upin & Ipin, Budak-Budak Banda Yatim Piatu karena Deadline



Jika mendengar Upin dan Ipin, terbayang sosok bocah kembar asal Malaysia. Kemudian kata ‘betul’ yang diucapkan berulang kali pun menjadikan kedua sosok bocah itu lebih terkenal. Animasinya cukup digemari di Indonesia, bahkan merchandise-nya telah banyak di pasaran.

Saya pun membayangkan siapakah dia yang menciptakan animasi Upin dan Ipin itu. Saya membayangkan sosok yang pendek dan botak, seperti pula Upin dan Ipin.

Ketika ada sebuah workshop internasional di Jogja, saya pun berkesempatan menginterview dengan salah seorang creator bocah-bocah itu. Namanya Muhammad Usamah Zaid selaku Creative Director Upin dan Ipin yang bernaung di bawah studio Les' Copaque. Sosoknya? Jauh dari bayangan saya sebelumnya. Bukan laki-laki pendek dan botak, tapi laki-laki dengan tinggi rata-rata dan berambut banyak, juga bergigi putih. Usianya juga masih relatif muda, kelahiran akhir 1983. Ramah dan senang bercerita.

Zaid(panggilan akrabnya)kemudian bercerita tentang awal mula bagaimana ia dan kedua temannya, Mohd Nizam Abdul Razak dan Mohd Safwan Abdul Karim menciptakan Upin dan Ipin. Mungkin saya tidak perlu lagi menuliskan bagaimana Upin dan Ipin itu menjadi animasi yang paling ditunggu saat ini, sebab sudah banyak yang menuliskan sejarahnya di media cetak, online maupun televisi. Tinggal search saja.

Tapi rupanya banyak yang belum saya ketahui dari media-media tersebut. Misalnya saja ketika Zaid bercerita bahwa Upin dan Ipin mulanya bukanlah karakter utama dalam animasi itu. Dia bilang kalau dia dan teman-temannya hanya ingin membuat cerita tentang ‘budak-budak banda’ (bahasa Malaysia), yang kemudian saya artikan sebagai anak-anak kampung. Maaf kalau saya salah mengartikan.



“Mulanya Upin dan Ipin adalah karakter sampingan, bukan karakter utama. Waktu mau buat mini seri belum tahu karakteristiknya bagaimana. Tapi kami ingin membuat cerita tentang budak-budak banda yang ada di Kampung Durian Runtuh. Kenakalan mereka dan lain sebagainya,” begitu cerita Zaid.

Setelah ide tentang budak-budak banda tersebut, Zaid dan teman-temannya pun segera menggarap cerita Upin dan Ipin, yang nama mereka muncul begitu saja di benaknya. Deadline pun semakin dekat, Upin dan Ipin harus segera selesai. Namun, Upin dan Ipin belum selesai, mereka tidak memiliki ayah dan ibu! Sehingga Zaid dan teman-temannya memutuskan agar mereka ini adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama Opah dan Kak Ros.

Jadi, itulah sebabanya mengapa Upin dan Ipin yatim piatu, karena Zaid dan teman-temannya sudah keburu deadline. Tapi si Zaid ini tidak kehabisan akal, sebab karena keadaan Upin dan Ipin yang yatim piatu, maka ini memberikan alasan bagi Zaid agar penonton turut prihatin dengan keadaan mereka yang tidak berayah, tidak beribu.

Aih! Memang orang kalau sedang kepepet, muncul saja ide-ide kreatifnya. Seperti juga saya yang baru bisa menulis jika deadline sudah dekat, he he he…

By the way, Zaid, thank you for the interview. Sukses selalu untukmu, juga Upin dan Ipin semakin dicintai penonton. Mudah-mudahan selalu ada ide kreatif yang bermanfaat untuk seluruh masyarakat. Betul, betul, betul?

10 comments:

  1. lol, dua duanya lucu, yg bikin upin apin sama yg interview hehehehe

    ReplyDelete
  2. hehehe,, yang diinterview juga lucu loh :p

    ReplyDelete
  3. selamat malam cek gu.... film e pancen didik,, penuh bahasan masalah etika, sosial, dan opo wae lah...

    dan yang masih membuat saya salud ialah tetap membiarkan suara aslinya tak di dubbing.. Pye yo kalau serial upin dan ipin di dubbing ke bahasa baku indonesia? haha...

    dua tiga pohon gayam

    saya ucapkan selamat malam .... (logat Jarjit)

    ReplyDelete
  4. hahaha deadline bikin hidup lebih hidup... :)

    ReplyDelete
  5. Deadline,
    kalo kefefed ide di otak makin brilian :D
    kayak Macgaver -

    ReplyDelete
  6. Halo Salam balik mbak Fian (ARFIANA KHAIRUNNISA). Salam kenal juga dari saya.:) :).hehe.
    Wah, Saya jadi malu nih udah ngutip tulisannya mbak Fian tanpa minta izin dulu sama penulisnya dulu, maaf ya mbak. :) :).
    Oya, Saya udah tahu nama ARFIANA KHAIRUNNISA di media cetak harian(soalnya langganan.hehehe), tapi baru tahu orangnya sekarang.:), Saya selalu tertarik sama tulisan mbak Fian, dan hasil jepretannya juga sangat bagus, tulisan sama jepretannya selalu memberi inspirasi, karena selalu menceritakan tentang lingkungan sekitar, dan wisata dan perjalanan. :).
    sperti menulis tentang Pak Sartono, pencipta Hymne Guru. Perjalanan ke Vietnam(sungai mekong), dan masih banyak. :) :).hehe. Terakhir saya baca "Melihat Lebih Dekat Kampung Code dengan Trekking". :) :).
    Makasih mbak Fian, Sekali lagi minta maaf, dan salam kenal. :) :)

    ReplyDelete
  7. Halo Mas Izzy, salam kenal ya :) terima kasih telah membaca tulisan-tulisan saya (bahkan mau memuatnya). Terima kasih juga semangatnya... salam sukses selalu :)

    .Fian.

    ReplyDelete
  8. upin ipin saya ada oda cimper mail mana dia

    ReplyDelete