Tuesday, July 20, 2010

Saigon #1: Ditabrak Motor dan Khô Mực



“Saigon itu seperti Jogja, jalannya sama banyak motor, rumah-rumahnya juga hampir sama,” kata seorang teman ketika saya berencana akan ke Ho Chi Minh City (HCMC), Vietnam Selatan. Percakapan itu sudah setahun yang lalu, dan bari Mei 2010 kemarin saya sempatkan sejenak untuk mempir di negaranya Uncle Ho ini.

Saigon adalah kota yang ramai, bahkan sangat ramai, dengan pengendara sepeda motor yang setengah jumlah penduduknya sendiri, yaitu 5 juta orang menggunakan sepeda motor di HCMC saja.

Taksi meluncur dari bandara malam hari itu ke homestay yang sudah saya pesan di District 1, Bui Vien Street, Pham Ngu Lao, HCMC. Dari balik jendela taksi memang sudah nampak betapa padatnya sepeda motor yang ada di kota ini, seperti yang dikatakan orang-orang yang pernah bertandang ke sini. Dan bruk! Sebuah sepeda motor pun menabrak taksi kami. Kesan pertama yang begitu mendebarkan atas jalanan kota HCMC.

Saya hanya punya waktu 4 hari di HCMC, semua perjalanan sudah saya siapkan sebelum sampai ke kota ini. Bahwa di hari pertama kedatangan saya yang sudah malam, saya dan seorang teman, Yusi, langsung ingin merasakan kota ini begitu selesai menaruh barang-barang di homestay yang satu malamnya 9 USD itu.

Kawasan District 1 yang saya lihat bukan seperti Jogja. Malah lebih mirip kawasan turis di Bangkok seperti Pratunam atau Kaosan Road. Kabel-kabel listrik yang tidak beraturan di atasnya sangat tidak sama dengan Jogja. Dan tempat ini kawasan 24 jam, ada pedagang lotre, makanan, homestay, dan penawaran jasa tour. Memang kawasan turis!

Kami pun langsung menyusuri jalan Bui Vien tersebut dan melihat pemandangan turis di malam hari. Yusi menunjuk salah seorang pedagang yang lewat. Saya memang penasaran sedari tadi seorang pedagang asinan cumi dengan cumi dan gurita yang ditata rapi di rak di boncengan sepedanya.

“Ini namanya khô mực,” kata teman Vietnam saya, Titien.

Bagaimana rasanya? Asin tentu saja, karena itu memang cumi diasinkan. Dan yang pasti alot, karena cumi asin itu kemudian dimasak dengan cara dibakar. Itulah makanan pertama yang saya makan di HCMC.

catatan:
1. Biaya perjalanan saya ke Vietnam lebih kurang 500rb dari Jakarta langsung menuju HCMC (PP). Maklum, saat ini banyak penerbangan murah jadi kenapa tidak saya ambil kesempatan itu?
2. Untuk bepergian di HCHM, kalau dekat saya pilih jalan kaki biar irit, kalau jauh sedikit pilih naik taksi karena tetap murah, biasanya hanya 10000-15000 VND, sama dengan naik becak Vietnam yang super kecil. Tapi hati-hati pilih taksi, karena banyak yang argonya nggak bener juga.

2 comments:

  1. waaah,, kangen makan muc itu,, dulu betapa ngebetnya pas ngeliat sotong-sotong itu nongkrong di atas bara api. nyyuuuummmm!!

    ReplyDelete
  2. Sama! Hal pertama kali yang diinginkan adalah makan kho muc,, dan eng ing eeengg,, dibakar menciut dia,, jadi kecil dan alot! Tapi aku suka karena asin :P

    ReplyDelete