Inggris! Akhirnya saya berkesempatan ke Inggris. Tapi... Inggris?
View of Rozel Cliff Path |
Pojok di shopping centre St. Helier |
Yeeeeyyyy!!! Jersey!!! |
Inggris! Akhirnya saya berkesempatan ke Inggris. Tapi... Inggris?
View of Rozel Cliff Path |
Pojok di shopping centre St. Helier |
Yeeeeyyyy!!! Jersey!!! |
Saya yakin para safari pernah mengalaminya, karena saya baru saja mengalaminya. Apalagi kalau bukan barang yang tertinggal!
Jakarta? Membayangkannya saja sudah malas, dan saya harus sering bolak-balik ke Jakarta akhir-akhir ini. Tapi saya harus ke Jakarta (lagi-Maret 2012)! Tapi kali ini berbeda, karena kota Jakarta hanya tempat mampir saja untuk menuju pulau di utara Jakarta.
Senyum lebar. Siapkan binoculars, kamera, kacamata hitam, celana pendek, sandal jepit, dan hati yang damai. Yak! Karena saya akan menuju Pulau Rambut yang merupakan satu gugusan pulau di Kepulauan Seribu.
Betapa tidak sulit untuk menemukan satwa liar di pulau ini. Di sinilah surganya cangak abu (Ardea cinerea), pecuk ular (Anhinga melanogaster), bluwok (Mycteria cinerea), kowak malam (Nycticorax nicticorax), cangak merah (Ardea purpurea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul sedang (Egretta intermedia), kuntul karang (Egretta sacra), kuntul kerbau (Bubulcus ibis), roko-roko (Plegadis falcinellus), dan pelatuk besi (Threskiornis melanocephalus). Sehingga pulau ini pun disebut sebagai ‘birds sanctuary’.
Segerombolan burung-burung melintas di depan kapal kami yang menuju ke pulau tersebut. Dan sesampainya di dermaga, suara burung bersatu dengan deburan ombak di pantai. Karena pulau ini merupakan kawasan konservasi, sehingga penjagaan cukup ketat. Dibatasi hanya maksimal 50 pengunjung setiap hari ke pulau ini.
Sampai di dermaga Pulau Rambut, rombongan saya segera memperlihatkan SIMAKSI, yaitu surat izin masuk kawasan konservasi. Pulau Rambut ditetapkan sebagai suaka margasatwa melalui keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 275/Kpts-II/1999 tertanggal 7 Mei 1999 dengan luas 90 ha yang terdiri dari 45 ha daratan dan 45 ha perairan.
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menunjukkan track untuk melihat lebih dekat dengan burung-burung tersebut. Sebelum itu, melintas biawak yang juga merupakan salah satu penghuni Pulau Rambut. Biawak malu mendengar langkah kaki rombongan saya dan memilih pergi.
Semakin jauh ke dalam track, suara kepakkan sayap burung semakin dekat terdengar. Karena populasi burung di sini sangat banyak, maka burung-burung berada di kanan kiri kita melintas dan kembali ke sarangnya.
Jangan heran jika memasuki kawasan ini, Anda akan mencium aroma seperti di pasar burung. Karena luas area yang tidak seimbang dengan jumlah burung, tak heran kotoran burung ada di mana-mana, sehingga masuk ke dalam pulau ini akan mencium aroma kotoran burung. Dan jangan marah jika sewaktu-waktu Anda ketiban kotoran burung. Ya karena Anda pasti berjalan tepat di atasnya.
Tapi lihatlah. Di puncak menara yang disediakan. Saya menyaksikan burung yang melintas bebas tanpa takut diburu. Ada yang membawakan makanan untuk pasangannya, ada yang sedang mengerami telur, ada pula yang sedang bercengkerama. Sungguh mengasyikkan melihat hal seperti ini tidak di kebun binatang!
Sayangnya, sampah Jakarta sampai ke pulau ini. Di pinggiran pantai, banyak sampah sandal, gabus, lampu, baju, dan entah sampah apalagi. Dan saya bertemu seekor burung di tumpukan sampah!
Tapi, burung-burung di Pulau Rambut lebih bebas dari pada di kebun binatang atau di rumah saya. Ah, rasanya saya ingin melepaskan burung yang dipelihara ayah saya di pulau ini.(Fian)
Cara ke Pulau Rambut:
Untuk menuju Pulau Rambut, Anda dapat menggunakan speedboat dari Marina Ancol dengan waktu tempuh sekitar 30 menit, dari Muara Angke dengan perahu motor (sekitar 90 menit), dari Pelabuhan Kamal dengan perahu motor (sekitar 60 menit), dan dari Tanjung Pasir, Tangerang, dengan perahu motor (sekitar 30 menit).
Read more...