Sunday, April 3, 2011

Telaga Berundak Putra Jaya


Betapa tidak rugi menjadi orang Indonesia. Ke mana pun kaki saya melangkah, pasti disuguhi pemandangan luar biasa indah. Jangan sampai, tempat-tempat indah ini tidak diusik oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

Di sela-sela perjalanan dari Sinabang ke Kampung Aie (November 2010), berhentilah saya dan kawan-kawan di sebuah air terjun. Putra Jaya namanya. Tempatnya menyempil tertutup oleh pepohonan di pinggir jalan raya. Sepeda motor saja hanya bisa diparkir di luar area sungai saking sempitnya jalan itu.

Saya pun berjalan mengikuti langkah kawan-kawan sambil menikmati suara air terjun dari kejauhan. Begitu sampai di lokasi, Fira salah seorang kawan saya nyeletuk, “Wah, kok jadi kayak gini ya? Dulu nggak kayak gini, ini pasti kerjaannya tukang gali pasir.”

Saya sih tidak tahu bentuk air terjun ini sebelumnya. Yang pasti ketika kawan saya bilang seperti itu dan melihat air terjunnya ketika itu, bagus-bagus saja. Bagian pinggir sungai memang tidak rapi, mungkin bekas galian. Namun bagian telaga tepat di bawah air terjunnya baik-baik saja.

naik-naik ke Putra Jaya...

“Ayo kita naik saja,” ajak Fira. Naik? Batin saya. Rupanya bentuk air terjun di Putra Jaya ini berundak, entah berapa tingkat. Dengan berpegangan akar pohon dan kaki menginjak batu yang tertutup air terjun, saya pun naik ke atas. Di sana ada telaga lagi dengan air yang lebih jernih dari pada di dasarnya.

“Naik ke atas lagi saja, di sana ada pondokan,” kata Fira lagi. Saya pun menuruti. Di sini, saya sedikit mengulang petualangan masa kecil di Simeulue. Masuk ke dalam hutan, naik ke bukit mencari kupu-kupu, atau lari ketakutan karena suara babi hutan. Di Putra Jaya, saya semakin penasaran dengan telaga-telaga yang berada di bagian atas. Lebih atas pasti lebih bagus!

singgasana saya

Benar saja, setelah beberapa kali memanjat bebatuan yang licin, saya pun menemukan telaga yang akan saya gunakan untuk berendam. Saya langsung ganti baju, kemudian menyeburkan diri ke dalam telaga itu. Segar! Apalagi di berada di bawah air terjunnya, seperti dipijit-pijit.

Ah, benarkah sungai ini sering dijadikan tempat galian? Kalau iya, entah bagaimana bentuknya jika saya kelak ke Simeulue lagi. Semoga Pemerintah Simeulue sadar dan segera melarang penggalian pasir di Putra Jaya. Sebab Putra Jaya adalah salah satu aset Pulau Simeulue di antara aset-aset indah lainnya.

asiknya mandi-mandi di Putra Jaya

1 comment: