Tuesday, July 20, 2010

sang puteri tidak bisa “buang air kecil”

Bertemu dengan publik figur memang tugas saya sekarang ini. Ini adalah kedua kalinya saya bertemu dengan sang puteri, setelah dia juga sempat ke Jogja ketika mendampingi puteri lainnya. Kali ini dia datang untuk jualan produk terbaru di Jogja.

Pertama kali bertemu sang puteri, dia tidak segemuk sekarang. Bukan apa-apa, kenapa dia tidak tahu diri ya? Sudah jadi puteri kok ya tetap subur aja? Badannya malah tampak seperti bass betot, bukan lagi gitar listrik (padahal model badan kayak gitar listrik dia juga belum pernah tuh).

Padahal dia mengaku kalau dia fitnes dua kali seminggu, tetapi lemak di lengannya tidak hilang juga. Menggelambir seperti bendera ketika ia melambaikan tangan. I just wanted to say: jangan dadah doooongg, lengannya, mbaaaakkk. Diperhatikan lagi, lemaknya tidak hanya di lengan, ada juga yang bertambah di seputar pantat dan perut. Tetapi bukan ini sih yang sebenarnya saya ingin utarakan. Karena badan toh bisa dibentuk, tetapi behaviour dan brain (mungkin) adalah bawaan.

Nah, si puteri ini bisa dibilang masih remaja. Mungkin dia juga belum lulus di kelas public speakingnya. Jadi harap maklum jika ngomongnya saja belepotan dan tidak nyambung. Waduh!

Jadi singkatnya, dia ini ditanya tentang resep kesehatannya selama ini oleh salah satu peserta dalam acara yang sedang ia hadiri. Karena kan jadwalnya padat setelah jadi puteri. Dia jawab, “Karena tubuh selalu mengeluarkan air, seperti keringat, pipis,… jadi saya rajin minum air putih,” ups! Ternyata sang puteri belum lulus pelajaran eufimisme!

Mungkin, bagi sebagian orang (anak kecil), kata ‘pipis’ itu adalah bahasa yang halus. Tapi kalau di khalayak ramai? Saya kira kalimat ‘buang air kecil’ itu cukup sopan. Kenapa dia tidak bisa mengucapkan kalimat itu saja? Atau di pikirannya cuma ada pipis?

Selain bahasa, sang puteri ini juga krisis kepercayaan diri. Ketika berkesempatan bertemu secara langsung dengan para jurnalis, sang puteri sudah siap dengan bahasa tubuhnya yang tegap. Ternyata, dia ini sudah diatur baik gerak tubuh maupun jawaban-jawabannya. Ketika teman saya asik mewawancarai, saya malah melirik ke arah samping, seseorang menjadi pemandu gerak tubuh dan jawaban sang puteri! Jadi, ketika menjawab pertanyaan dari wartawan dia bisa menjawab dengan benar, tepat dan anggun. Namun, karena saya bergantian melirik ke arah sang puteri dan pemandunya itu, jadi seolah-olah jawaban tersebut tidak mengalir dari otak sang puteri. Kayaknya sang puteri grogi deh ditanyain sama kita-kita.

Saya tidak tahu, apakah puteri lainnya juga seperti itu. Tapi kejadian ini bukan pertama kali, karena saya pernah bertemu dengan puteri yang sebelumnya, dan omongannya juga nggak kalah ngawur, ehehehe. By the way, tidak semua kok! Saya juga pernah ketemu puteri yang tidak hanya berotak, tetapi juga cantik!

ps. mungkin saya sedang iri ketika menulis ini, karena saya sering kalah sebelum mendaftar ajang putri-putrian. sehingga saya iri karena saya merasa saya lebih pintar dan badan saya lebih kurus (meski tidak tinggi) tapi tidak diterima, hahaha. jadi maaf jika ada yang tersinggung atau marah, just kidding kok! hehehe…

No comments:

Post a Comment