Tuesday, July 20, 2010

Saigon #3: Hi Markus!



Vietnam Selatan pada bulan Mei suhunya mencapai 38 derajat, tetapi tidak menyurutkan saya dan para turis lain untuk menikmati keindahan Sungai Mekong di provinsi Ben Tre dan My Tho, Ho Chi Minh, sekitar 2 jam dari pusat kota. Saya mengambil tur untuk menyusuri Sungai Mekong karena lebih praktis dan harga cukup terjangkau. Dalam tur inilah saya bertemu dengan seorang penulis guide book dan juga pemilik penerbitan Finnish Guidebooks Ltd. di Helsinki, Markus Lehtipuu.

Ketika Markus tahu saya berasal dari Indonesia, dia langsung mengajak mengobrol dalam bahasa Indonesia. Sebab ia pernah hingga 15 sampai 20-an kali mengunjungi Indonesia dan tinggal di beberapa kota di Indonesia.

’’Kamu orang Indonesia? Saya pernah tinggal di Bali, dan kota-kota lain di Indonesia,’’ sapanya meski dalam bahasa Indonesia patah-patah.

Sudah tiga bulan ini ia berkeliling di Vietnam untuk menyelesaikan pembuatan buku traveling guide bagi orang Finlandia. Dia menulis tentang tempat tinggal, makanan, kendaraan, apa yang harus dipersiapkan, apa yang harus dihindari, dan hal-hal yang menarik yang perlu direkomendasikan untuk orang Finlandia yang akan ke Vietnam.

’’Seperti traveler lain, saya di sini untuk merasakan bagaimana travel di Vietnam. Di sini saya mengambil bus turis biasa, saya bepergian menggunakan kereta api, perahu, dan kadang-kadang mengambil tur seperti ini,’’ ujarnya sambil memotret pemandangan Sungai Mekong dari atas boat yang menuju Con Phung (Phoenix Island), salah satu pulau di Delta Mekong.

Sungai Mekong adalah sungai luas yang melalui enam negara sekaligus, Cina, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Di Vietnam sendiri, beberapa provinsi dilewati oleh Sungai Mekong dan tempat-tempatnya menarik untuk dikunjungi. Sebelum melihat aktivitas orang-orang di Sungai Mekong di Ben Tre, Markus terlebih dahulu mendatangi propinsi Can Tho. Namun ia sempat kesulitan ketika ia menuju Can Tho menggunakan bus umum.

’’Biasanya saya jarang menggunakan bus umum, saya lebih memilih open-tour bus, bus untuk turis yang biasa berhenti di kota-kota. Tetapi ketika saya berada di Can Tho dan akan melanjutkan perjalanan ke My Tho, Ben Tre, saya kesulitan menemukan bus lokal, hanya ada satu bus itu pun dini hari,’’ ujar pria kelahiran 2 Juni ini.

Ia pun langsung merekomendasikan untuk mengambil tur daripada bepergian sendiri di Vietnam. Karena beberapa tempat di Vietnam aksesnya terbatas. Tetapi menurutnya, tetap Vietnam adalah negara yang unik, karena memiliki sejarah yang unik pula.

’’Seribu tahun dalam penjajahan China, banyak perang, warisan Perancis dan yang paling berkesan adalah perang melawan Amerika. Semuanya adalah kombinasi yang unik dengan peninggalan perang Amerika, arsitektur China dan Perancis,’’ ungkap Markus.

Dan kota yang paling menarik bagi Markus di Vietnam adalah Hue, yang dulu pernah menjadi ibukota Vietnam.

’’Dua kota yang penuh sejarah juga di Vietnam adalah Hanoi yang menjadikan Vietnam bersatu dan Ho Chi Minh City (dulu Saigon),’’ katanya yang kemudian melanjutkan menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia.

Perahu kami pun merapat di Con Phung untuk melihat pembuatan handicraft dari pohon kelapa sekaligus menikmati makan siang dengan menu ikan gajah (elephant fish) yang khas Sungai Mekong.

Markus pun bercerita pertama kali dia menjadi traveler writer. Ketika itu ia berusia 27 tahun dan sudah bepergian ke beberapa negara di Asia, Afrika, dan banyak negara di Eropa. Ia merasa jika masyarakat Finlandia butuh saran jika ingin berkeliling dunia.

’’Orang-orang mulai mengumpulkan banyak uang untuk traveling, jadi saya mengumpulkan 20 siswa dan kami membuat guidebook tentang Asia, Afrika dan Amerika Latin. Setelah itu saya membuat buku pertama saya tentang Moroko, kemudian Thailand. Namun setelah satu tahun saya lepas dari penerbitan yang menerbitkan dua buku saya tersebut, sehingga saya pun membuat penerbitan buku sendiri,’’ jelasnya sambil menikmati hidangan buah-buahan tropis di atas meja makan.

Menjadi seorang traveler writing kadang rumit, karena harus memiliki kesabaran terhadap penerbit atau editor yang ingin membayar untuk itu. Sementara dia harus berkeliling dunia.

’’Mungkin penerbitan atau editor menjadi cemburu dan berhenti membayar untuk hal itu. Sehingga ketika saya mendirikan penerbitan sendiri, saya tidak akan cemburu dengan diri saya sendiri,’’ ungkap Markus yang memiliki 10 kontributor untuk penerbitannya ini.

Hingga saat ini, ia telah membuat lebih dari 20 guide book. Antara lain tentang Lithuania, Romania, Thailand, Malaysia, Vietnam, Moroko, dan city guide seperti New York, Singapura, Stockholm, dan regional guides seperti Central Thailand, Phuket Krabi & Phang Nga, Koh Samui & Gulf of Siam.

Ia sangat menikmati bepergian mengunjungi negara-negara lain. Kesulitan yang dihadapinya adalah ketika mengunjungi hotel, restauran, museum, dan hal lain yang harus ia tulis.

’’Di Vietnam sendiri memiliki ratusan hotel dan kota tujuan. Begitu juga dengan Bali, banyak hotel, losmen atau homestay yang unik-unik. Sehingga sangat penting untuk mengunjunginya dan melihat ruangnya,’’ ungkap lulusan Univesitas Helsinki ini.

Tapi karena ia membuat buku untuk orang Finlandia, ia pun harus mencari hal-hal yang membuat orang Finlandia merasa seperti di rumah sendiri ketika berada di negara lain. Di Bangkok dan Singapura, misalnya, ia harus melihat sauna, karena di Finlandia banyak rumah yang memiliki sauna sendiri.

’’Hal lain yang harus dicari oleh orang Finlandia adalah alkohol, karena orang Finlandia minum banyak alkohol, tetapi saya tidak bisa menyertakannya dalam buku saya,’’ katanya yang ketika di Bali mengambil banyak foto yang menggambarkan festival di Bali.

Indonesia, menurutnya, adalah negara yang indah karena banyak tempat yang berbeda, seperti Danau Toba, Ubud, Tanah Toraja, yang memberikan suguhan alam dan kebudayaan yang berbeda.

’’Saya suka orang Indonesia, bahkan saya bisa berbahasa Indonesia karena seringnya saya ke Indonesia. Saya pernah tinggal di kota besar yang bising, seperti Medan, Pekanbaru, dan Makassar,’’ kata Markus yang pernah datang dua kali ke Jogja ini untuk menikmati gamelan.

Sebagai seorang pejalan, kadang ia juga merasa lelah, apalagi harus berada di negara yang suhunya tinggi, seperti Vietnam dalam bulan Mei. Tetapi jiwa petualangnya ingin melihat semua keindahan planet ini. Di sela menikmati hidangan buah-buahan tropis, disuguhi pula sajian musik tradisional khas Vietnam. Ia pun suatu saat ingin membuat buku tentang Indonesia, yang belum sempat kesampaian.
salah satu kegiatan di tepian sungai mekong

ps. tulisan ini juga dimuat di Radar Jogja, 19 Juni 2010

1 comment: